Apakah Kontrol Pikiran atau Cuci Otak?

Baca artikel sebelumnya: <<<<                              Baca Artikel Berikutnya: >>>>

Apakah Kontrol Pikiran atau Cuci Otak?
SETELAH PERISTIWA BUNUH diri massal berjumlah 900-an orang pengikut Jim Jones di Jonestown tahun 1978, banyak orang sangat terkejut, ngeri dan bertanya-tanya; mengapa dan bagaimana mungkin ada sedemikian banyak orang bersedia mati secara sukarela dan sadar dengan cara meminum campuran Kool-Aid dengan racun. Ya benar, apa yang saya tulis tidaklah berlebihan ataupun mencari sensasi melainkan suatu fakta mengejutkan yaitu para pengikut Jones tersebut dengan suka rela dan sadar melakukan bunuh diri.

Contoh lainnya yang masih segar dalam ingatan kita yang tidak kalah mengerikan dan mengejutkan adalah apa yang terjadi di Indonesia sendiri yaitu para terorist yang tidak saja rela dan sadar membunuh dirinya sendiri tetapi juga puluhan orang yang tidak bersalah dengan cara meletakkan atau bahkan melilitkan bom di tubuhnya. Marilah kita renungkan fenomena yang sama dalam hal ini yaitu para terorist tersebut secara sadar dan suka rela melakukan bunuh diri dan membunuh orang lainnya.

Jelas para terorist maupun pengikut Jones tersebut bukanlah robot yang bisa diperintahkan dengan mudah untuk melakukan sesuatu di luar kehendaknya. Mereka adalah manusia yang memiliki daya nalar dan akal sehat untuk mempertimbangkan akibat perbuatannya. Namun demikian, fakta yang terjadi adalah mereka bersedia melakukannya dengan sukarela dan uniknya dalam keadaan kesadaran penuh. Dan fakta lainnya yang memiliki kesamaan adalah kedua kelompok tersebut mengaku beragama dengan cara militan, bahkan para terorist tersebut begitu yakin apa yang dilakukannya itu atas nama atau demi “allah”-nya. Fenomena apakah ini? Sebenarnya kita membutuhkan jawaban akan fenomena ini agar bisa terhindar menjadi korban.

Jawabannya adalah “mind control (kontrol pikiran), thought reform, coercive persuasion atau lebih populer sebagai brainwashing atau cuci otak”! Ya, mind control merupakan jawabannya. Teknik-teknik mind control merupakan pilar ke-3 yang harus dimiliki oleh pemimpin kultus untuk memperbudak pengikutnya secara halus dan tidak kentara.


Lalu apakah mind control itu? Apakah berarti otak para terorist atau pengikut Jones dicuci habis atau dimasukkan suatu alat agar tidak sadar diri dan bukan diri mereka sendiri sehingga dengan mudah dikendalikan dari jarak jauh untuk melakukan hal-hal di luar akal sehat seperti yang Saudara baca di koran atau lihat di TV? Ataukah mereka dipaksa dengan ancaman untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya di luar kehendak mereka? Jawabannya tidak. Mereka sadar dan tahu akibat perbuatan mereka. Mereka bersedia melakukannya dengan sukarela dan kesadaran penuh karena dmanipulasi dan dipengaruhi brainwashing. Dan ini uniknya, setiap korban kultus tidak menyadari — apalagi tahu dirinya adalah pengikut sebuah kultus — bahwa dirinya berada di bawah kendali dan pengaruh brainwashing. Pengikut kultus hidup dalam “ilusi berkehendak bebas” karena mereka berpikir bahwa apa yang mereka lakukan semuanya itu berdasarkan keinginan, hati nurani dan kehendak bebas mereka dalam pengabdiannya kepada Allah nya. Padahal apa yang dilakukan korban kultus merupakan rancangan dan program dari pemimpin kultus yang mengklaim mewakili Allah (klik Apakah Kultus itu?). Jadi mereka sebenarnya melakukan apa yang diinginkan pemimpin kultus, bukan kehendak mereka. Mereka hanya mengira melakukannya berdasarkan kehendak bebas mereka. Contoh bentuk sederhananya adalah ratusan ribu orang secara sadar dan kehendaknya sendiri mendemo Ahok soal penistaan agama karena yakin 100% Ahok telah menista agama Islam. Tetapi apakah mereka sadar sebenarnya telah diprovokasi, dimanipulasi dan dipersuasi oleh propaganda Rizieq (FPI)? Apakah mereka sadar sebenarnya mereka sedang menjalankan agenda tersembunyi lawan politik Ahok yang bekerja melalui Rizieq? Saya yakin mayoritas pendemo tidak.

Steve Hassan dalam bukunya Releasing the Bonds seperti yang dikutip di sini mengatakan tentang hal ini (perhatikan kalimat warna merah):
Dengan kontrol pikiran, “agen yang mempengaruhi” dipandang sebagai teman atau mentor, yang menyebabkan orang menurunkan pertahanan mereka, membuat mereka lebih rentan terhadap manipulasi. Kunci keberhasilan pengendalian pikiran terletak pada kehalusannya, cara mempromosikan “ilusi kontrol”. Seseorang percaya bahwa dia “membuat pilihan sendiri,” padahal sebenarnya dia telah terpengaruh secara sosial untuk melepaskan pikiran kritis dan kemampuan pengambilan keputusannya sendiri. Dengan kata lain, dia percaya bahwa dia bebas memilih untuk menyerahkan kehendak bebasnya kepada Tuhan atau kepada seorang pemimpin atau ideologi. Ketika seseorang mengambil langkah mundur dan mengevaluasi secara objektif sejumlah besar pengaruh sosial yang digunakan terhadapnya agar membuatnya “menyerahkan dirinya”, tingkat manipulasi menjadi sangat jelas.1
Jadi pengikut Jones melakukan bunuh diri karena telah menyerahkan kehendak bebasnya, untuk berpikir kritis dalam membuat suatu keputusan bagi dirinya, kepada Jones karena mengira ia telah menyerahkan kehendak bebasnya kepada Tuhan. 

Mengapa kontrol pikiran kultus berbahaya bagi korbannya dan apa yang diinginkan pemimpin kultus dari korbannya? Steve Hassan menjelaskannya:


Pada awalnya, banyak orang menganggap kontrol pikiran sebagai proses mistis yang ambigu dan tidak dapat didefinisikan secara konkret. Kenyataannya, kontrol pikiran mengacu pada seperangkat metode dan teknik tertentu, seperti hipnosis atau penghentian berpikir, yang mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak. Seperti banyak pengetahuan, pada dasarnya hal ini bukanlah suatu hal baik ataupun jahat. Jika teknik pengendalian pikiran digunakan untuk memberdayakan seseorang agar memiliki lebih banyak pilihan, dan otoritas atas kehidupannya tetap dimiliki, efeknya bisa bermanfaat. Misalnya, kontrol pikiran yang baik dapat digunakan untuk membantu orang berhenti merokok tanpa mempengaruhi perilaku lainnya. Kontrol pikiran menjadi destruktif saat digunakan untuk melemahkan kemampuan seseorang untuk berpikir dan berperilaku secara mandiri. Seperti yang digunakan oleh kultus yang paling destruktif, kontrol pikiran dimanfaatkan untuk menghambat identitas otentik seseorang - perilaku, pikiran, emosi - dan merekonstruksinya sesuai dengan citra pemimpin kultus. Hal ini dilakukan dengan mengendalikan secara ketat kehidupan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual anggotanya. Keunikan dan kreativitas seseorang ditekan. Kontrol pikiran kultus adalah proses sosial yang mendorong ketaatan, ketergantungan, dan konformitas. Hal ini menghambat otonomi dan individualitas dengan membenamkan anggota baru dalam sebuah lingkungan yang menekan pilihan bebasnya. Dogma kelompok itu menjadi satu-satunya perhatian orang itu. Apa pun atau siapa pun yang tidak sesuai dengan realitas yang telah dibentuk ulang menjadi tidak relevan.2
Menurut Hassan kontrol pikiran kultus menjadi destruktif jika digunakan untuk menghambat identitas otentik seseorang dalam berpikir, mengambil keputusan terbaik bagi dirinya dan emosional. Kontrol pikiran kultus selalu mengajarkan kepada anggotanya untuk taat dan bergantung dan harus menyelaraskan dengan pemimpin kultusnya.

Apa yang disampaikan oleh Hassan tersebut sangatlah penting sehingga perlu untuk dijabarkan lebih lanjut agar pembaca blog ini memahaminya. Artikel Contoh Pemimpin Kultus Memanipulasi: Kebebasan Memilih akan membahasnya detail dengan contohnya dari Saksi Yehuwa.

Alasan seseorang bersedia diperbudak oleh lainnya karena sebenarnya ia sangatlah rentan untuk dimanipulasi dan dipersuasi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga korbannya secara sukarela melakukan apa yang diinginkan [baca diperbudak] oleh sang manipulator [pemimpin kultus] untuk kepentingannya. Kerentanan pikiran manusia ini disampaikan oleh Rick A. Ross dalam bukunya Cults Inside Out hlm. 149:

Apa yang telah dihipotesiskan oleh peneliti tersebut, dan dalam banyak kasus dikonfirmasi, bahwa pikiran manusia jauh lebih rapuh, mudah terbujuk, dan mudah dibentuk daripada yang ingin kita pikirkan. Terutama ketika orang-orang mengalami keadaan tertekan atau depresi, mengalami kesulitan, atau melewati fase transisi besar dalam kehidupan mereka, biasanya mereka lebih rentan terhadap persuasi dan teknik lainnya dari mereka yang menawarkan jawaban yang menarik dan tampaknya merupakan jalan keluar dari kesulitan mereka.2
Mudahnya orang-orang dimanipulasi dan dipengaruhi/persuasi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka tidak sengaja melakukan apa yang didiktekan atau diperbudak orang juga dikatakan dalam majalah Menara Pengawal edisi 15/3/1998, hlm 15-16:

Menjadi budak untuk orang lain merupakan gagasan yang tidak menyenangkan bagi kebanyakan orang. Namun, dalam dunia dewasa ini, kenyataannya adalah bahwa orang-orang sering kali membiarkan diri dimanipulasi dan dipengaruhi dengan begitu banyak cara yang tidak kentara sehingga mereka akhirnya tanpa sengaja melakukan apa yang didiktekan orang-orang lain. Misalnya, industri periklanan dan dunia hiburan berupaya membuat orang-orang mengikuti trend mode, menciptakan standar untuk mereka ikuti. Organisasi-organisasi politik dan agama menarik orang-orang untuk mendukung gagasan dan tujuan mereka, tidak selalu melalui argumen yang meyakinkan, namun sering kali dengan menggugah rasa solidaritas atau loyalitas. Karena Paulus menyatakan bahwa ’kita adalah budak orang-orang yang kita taati’, kita masing-masing sebaiknya bertanya kepada diri sendiri, ’Saya menjadi budak siapa? Siapa yang memberikan pengaruh terbesar atas keputusan-keputusan dan jalan hidup saya? Apakah para pemimpin agama, para pemimpin politik, para konglomerat bisnis, atau tokoh-tokoh hiburan? Siapa yang saya taati—Allah atau manusia?’
Jadi apakah mind control atau brainwashing itu? Saya membaca beberapa buku tentang kultus dan mind control, setiap ahli memberikan definisi yang sedikit berbeda dan tidak lengkap meskipun pada akhirnya pembahasannya itu menyimpulkan hal yang sama. Misalnya definisi yang diberikan oleh Louis Jolyon West singkat dan cukup lengkap tentang suatu kultus yang menggunakan mind control untuk mempersuasi, memanipulasi dan mengontrol anggotanya sebagai berikut (online di sini):

Sebuah kelompok atau gerakan yang menunjukkan pengabdian atau dedikasi yang besar atau berlebihan kepada seseorang, gagasan, atau sesuatu dan menggunakan teknik manipulasi persuasi dan kontrol yang tidak etis (misalnya, isolasi dari mantan teman dan keluarga, kelemahan, penggunaan spesial metode untuk meningkatkan sugestibilitas dan kepatuhan, tekanan group yang kuat, manajemen informasi, penangguhan individualitas atau penilaian kritis, promosi ketergantungan total pada kelompok dan ketakutan untuk meninggalkan groupnya, dan lain lain) yang dirancang untuk memajukan tujuan pemimpin kelompok, yang sebenarnya atau kemungkinan merugikan anggota, keluarga mereka, atau masyarakat.3
Membaca definisi dalam kalimat berwarna merah, dan jika Anda sudah membaca definisi kultus yang dibuat oleh majalah Menara Pengawal 15/3/1998 hlm. 10-11 yaitu “para pengikut ”kultus” memiliki ”pengabdian yang besar kepada seseorang, sebuah gagasan, atau suatu perkara”” tentunya menyadari bahwa istilah kultus dan cuci otak memiliki keterkaitan karena memang pemimpin kultus memanfaatkan teknik cuci otak untuk mempersuasi dan memanipulasi para anggotanya. Baca artikel Apa Kultus Itu untuk lebih jelasnya.

Sebaliknya, Steve Hassan mendeskripsikan agak panjang mind control sebagai : “sebuah sistem pengaruh yang menghambat identitas seseorang. Identitas seseorang terdiri dari elemen seperti kepercayaan, perilaku, proses berpikir, dan emosi yang merupakan pola-pola pasti. Di bawah pengaruh kontrol pikiran, identitas asli seseorang, yang dibentuk oleh keluarga, pendidikan, persahabatan, dan yang terpenting adalah kebebasan memilih seseorang, diganti dengan identitas lainnya, di mana kerapkali pilihannya tersebut bukanlah pilihannya karena beroleh tekanan sosial yang besar4”.

Hassan mengatakan bahwa mind control merupakan sebuah proses social:


Dicapai dengan membenamkan seseorang ke dalam lingkungan sosial di mana, agar dapat berfungsi, dia harus melepaskan identitas lamanya dan mematuhi identitas baru yang diinginkan oleh kelompok tersebut. Setiap fakta-fakta kehidupan yang mungkin mengingatkannya akan identitas sebelumnya — apapun yang bisa mengkonfirmasikan rasa percaya dirinya yang dulu — didorong menjauh dan digantikan oleh realitas kelompok tersebut. Bahkan jika dia mencoba berpura-pura pada awalnya, aksinya tersebut akhirnya menjadi nyata. Dia mengambil sebuah ideologi totalistik yang, ketika diinternalisasi7, menggantikan sistem kepercayaan sebelumnya. Orang tersebut biasanya menunjukkan perubahan kepribadian yang radikal dan perubahan drastis dalam kehidupannya. . . [Kontrol pikiran mengacu pada] sistem yang berusaha merusak integritas seseorang dalam membuat keputusannya sendiri. Inti dari pengendalian pikiran adalah mendorong ketergantungan dan konformitas, dan menghambat otonomi dan individualitas (Combating Cult Mind Control, hlm. 54-55)5
Apakah Anda sudah jelas ataukah masih bingung dengan definisi mind control? Saya percaya lebih banyak bingungnya ya karena pada mulanya pun saya masih agak bingung. Oleh karena itu, saya akan membahasnya secara bertahap agar pembaca blog ini dapat memahaminya dan dapat terhindar dari kelompok kultus-kultus berkedok agama Kristen yang mencoba mempengaruhi dan memanipulasi orang-orang awam.

Wikipedia memberikan definisi cuci otak secara singkat dan jelas yaitu:

adalah sebuah upaya rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan dan sebagainya.
Mengakhir artikel kali ini, saya ingin menunjukkan suatu bukti konkret bagaimana cara mind control bekerja dan hasilnya terhadap seseorang seperti yang dapat disaksikan dalam sebuah video seperti yang sampaikan oleh Jimly Asshiddiqie yang berbagi cerita tentang keponakannya sebagai berikut:

Saya juga mengalami. Ada keluarga saya. Pakai dasi, gajinya sudah lumayan. Keponakan saya. Suatu hari ia berkenalan dengan pengajian. Satu minggu kemudian, sudah lepas dasinya. Saya tanya kenapa? “Kafir Oom. . . Kafir”. Yahh dia pakai dasi itu udah kafir. Sesudah satu bulan, dia minta berhenti lagi dari kantor itu. Loh kenapa berhenti. “Ya itu. Lingkungan kerjanya kafir semua”. Akhirnya dia berhenti, lalu saya lihat 3 bulan kemudian, saya lihat celananya sudah ngatung. Saudara-Saudaraa, ini kejadian. Ini orang korban. Ini orang korban. Jadi bagaimana. Dan korban seperti ini banyak. . . .



Apa yang dialami oleh keponakan Jimly adalah sesuai dengan apa yang dideskripsikan oleh Hassan sebagai korban dari mind control yaitu “sebuah sistem pengaruh yang menghambat identitas seseorang . . . dan diganti dengan identitas lainnya, di mana kerapkali pilihannya tersebut bukanlah pilihannya karena beroleh tekanan sosial yang besar. Dicapai dengan membenamkan seseorang ke dalam lingkungan sosial di mana, agar dapat berfungsi, dia harus melepaskan identitas lamanya dan mematuhi identitas baru yang diinginkan oleh kelompok tersebut. . . . Dia mengambil sebuah ideologi totalistik yang, ketika diinternalisasi, menggantikan sistem kepercayaan sebelumnya. Orang tersebut biasanya menunjukkan perubahan kepribadian yang radikal dan perubahan drastis dalam kehidupannya. . . .” 

Dan apa yang dialami oleh keponakan Jimly juga cocok dengan definisi yang diberikan oleh wikipedia yaitu di mana ia beroleh “rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi” dalam pengajian yang diikutinya. Apa itu indoktrinisasi atau bisa juga disebut sebagai internalisasi? Baca Proses INTERNALISASI Doktrin Absolute KULTUS

Keponakan Jimly terpengaruh dan dimanipulasi dengan ideologi totalistik yang mana ketika diinternalisasikan secara sempurna ia melepaskan identitas lamanya dan mengambil identitas barunya sesuai dengan ideologi pemimpinnya. Ini disebut juga proses cloning. Oleh karena itu, ia mengalami perubahan kepribadian yang radikal dengan kepribadian sebelumnya; dari berpola pikir misalnya hitam/putih (mengkafir-kafirkan orang yang tidak sepaham) sampai dengan caranya berpakaian dan berhenti dari pekerjaannya yang mungkin dulu diidam-idamkannya. 

Bagaimana dengan Saksi Yehuwa? Jika Saudara kenal dengan seseorang yang dulunya bukan seorang Saksi maka Saudara pun akan melihat suatu perubahan radikal yang terjadi di dalam dirinya setelah ia menjadi seorang Saksi. Perubahan radikal tersebut tidak disadarinya kecuali orang dekat atau keluarga yang dapat melihat perubahan tersebut. Misalnya jika ia dulu seorang pemalu sehingga mustahil baginya untuk mengetuk pintu rumah orang dan ia sedang kuliah menjadi seorang dokter (identitas lama) maka kini dia menjadi begitu berani untuk mengetuk rumah orang yang sama sekali tidak dikenal sebelumnya dan berhenti kuliah untuk mengfokuskan dirinya mengabar padahal dulu cita-citanya menjadi dokter ataupun polisi, misalnya. Demikian pula terjadi perubahan caranya berpakaian dan konsep berpikirnya (identitas baru) yang bersifat black/white thinking (baca Pola Pikir Saksi Yehuwa: Hitam/Putih). Maka ia telah menjadi korban mind control

Tentunya Anda bertanya-tanya bagaimana bisa mind control mempengaruhi kehidupan orang demikian dahsyat? Stay tune. Saya akan tuntaskan agar pemahaman tentang mind control dapat dipahami oleh pembaca blog ini, khususnya orang-orang Kristen yang rawan terjerat, dipersuasi, dimanipulasi dan dikontrol  kehidupannya oleh pemimpin agamanya.

Soli Deo Gloria

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Karena Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan tampil dan akan memberikan tanda-tanda yang hebat dan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan, jika mungkin, bahkan orang-orang pilihan. (Mat. 24:24, TDB)


1 With mind control, the "agents of influence" are viewed as friends or mentors, which cause people to lower their defenses, making them more vulnerable to manipulation. The key to mind control's success lies in its subtlety, the way it promotes the "illusion of control." The individual believes he is "making his own choices," when in fact he has been socially influenced to disconnect his own critical mind and decision-making capacity. In other words, he believes that he has freely chosen to surrender his free will to God or to a leader or ideology. When one steps back and objectively evaluates the vast amount of social influence used to get him to "surrender," the degree of manipulation becomes very obvious. (online diambil tgl 12/8/2017)
6 At first, many people think of mind control as an ambiguous, mystical process that cannot be defined in concrete terms. In reality, mind control refers to a specific set of methods and techniques, such as hypnosis or thought stopping, that influence how a person thinks, feels, and acts. Like many bodies of knowledge, it is not inherently good or evil. If mind control techniques are used to empower an individual to have more choice, and authority for his life remains within himself, the effects can be beneficial. For example, benevolent mind control can be used to help people quit smoking without affecting any other behavior. Mind control becomes destructive when it is used to undermine a person's ability to think and act independently. As employed by the most destructive cults, mind control seeks nothing less than to disrupt an individual's authentic identity - behavior, thoughts, emotions - and reconstruct it in the image of the cult leader. This is done by rigidly controlling the member's physical, intellectual, emotional, and spiritual life. A person's uniqueness and creativity are suppressed. Cult mind control is a social process that encourages obedience, dependence, and conformity. It discourages autonomy and individuality by immersing recruits in an environment that represses free choice. The group's dogma becomes the person's only concern. Anything or anyone that does not fit into his reshaped reality is irrelevant. (Releasing the Bonds: Empowering People to Think for Themselves, hlm. 19)
3 What these researcher have hypothesized, and in many instances confirmed, is that the human mind is far more fragile, persuadable, and malleable than we would like to think. Especially when peopple are ia a state of distress or depression, are experiencing hardships, or are passing through major transition phases in their lives, they are typically more vulnerable to persuasion and other techniques of those who offer appealing answers and seemingly a way out of their difficulties. (Cults Inside Out hlm. 149)
A group or movement exhibiting a great or excessive devotion or dedication to some person, idea, or thing and employing unethically manipulative techniques of persuasion and control (e.g., isolation from former friends and family, debilitation, use of special methods to heighten suggestibility and subservience, powerful group pressure, information management, suspension of individuality or critical judgement, promotion of total dependency on the group and fear of leaving it, etc) designed to advance the goals of the group's leaders, to the actual or possible detriment of members, their families, or the community
 A system of influences that disrupt an individual's identity. The identity is made up of element such as beliefs, behavior, thought processes, and emotions that constitute a definite pattern. Under the influence of mind control, a person's original identity, as formed by family, education, friendships, and most importantly that person's own free choices, becomes replaces it with another identity, often one that he would not have chosen for himself without tremedous social pressureCombatting Cult Mind Control hlm. 54
achieved by emmersing a person in social environment where, in order to function, he must shed his old identity and adhere to the new identity desired by the group. Any reality that might remind him of his previous identity - anything that might confirm his old sense of self - is pushed away dan replaced by the group's reality. Even if he gets along by deliberate play-acting at first, the act eventually becomes real. He takes on a totalistic ideology that, when internalized, supersedes hid prior belief system. The person usually shows a radical personality change and a drastic interruption of his life course. . . [Mind control refers to] those systems that seek to undermine an idividual's integrity in making his own decisions. The essence of mind control is that it encourages dependency and conformity, and discourages autonomy and individuality (Combatting Cult Mind Control hlm. 54-55)
7 Untuk memahami apa itu internalisasi silahkan klik Proses INTERNALISASI Doktrin Absolute KULTUS

8 comments :

  1. Proses cuci otak juga terjadi di Balai Kerajaan setempat, proses itu dilakukan dengan membahas artikel dari majalah menara pengawal yang selalu dibahas berulang-ulang....sehingga apa yg dibahas itu menjadi tertanam didalam otak mereka...
    saya pernah membaca sebuah buku berjudul Menyibak Tirai Saksi Yehuwa yg menceritakan tentang pengalaman seorang Saksi Yehuwa yang bernama Kevin R. Quick
    Dia juga berkomentar yang sama...
    Artikel ini sangat membantu saya...

    Terima kasih

    ReplyDelete
  2. Sdr AWI bgmn dg kelompok Flat Earth? Didoktrin bahwa NASA tk bohong, ngajar keliru pake video dusta. Pertinyiinnyi:
    Apakah ini mind control?
    Apakah ini modus kultus?
    Siapa "illah" nya?
    Untungnya apa dg mengajar salah?

    Salam
    AS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Sdr AS

      Saya tidak mendalami dan tidak tahu apa yg Anda maksud dng kelompok "flat earth".

      Para ahli memiliki kriteria sendiri ketika melabel sebuah kelompok sebagai sebuah kultus. Baca di sini utk melihat kriteria kultus yg dibuat oleh Jay Lifton yg disebut sebagai 8 Marks of Thought Reform/Mind Control agar Anda bisa memahaminya.

      Jika memang kelompok "flat earth" memenuhi 8 kriteria tsb, maka bisa digolongkan sebagai sebuah kultus.

      Ketika suatu kelompok memanfaatkan dusta, tidak bisa disebut sebagai sebuah kultus atau mind control. Suatu kelompok yg memanfaatkan dusta utk menipu orang lain ya hanyalah sekelompok para penipu

      Mudah-2an ini menjawab

      Salam kasih Tuhan Yesus
      Mind control yg dimanfaatkan oleh pemimpin kultus lebih dari sekedar berdusta.

      Delete
  3. Flat earth itu sekelompok kecil orang yg percaya bumi itu tidak bulat bola tapi datar dg kutub utara sbg pusat bumi sedangkan kutub selatan jadi dinding biar samudra nggak tumpah. Awalnya dari unggahan video youtube flat earth yg ditonton orang sedunia bikin sebagian penonton video tsb jadi irasional membabi buta. Mereka tersebar scr geografis tapi dikomando dikit langsung ngumpul saling menguatkan ide flat earth dibelain mati2an. Setiap penganut flat earth bergerak menebar konsep bumi datar dg doktrin NASA pembohong. Yang namanya irrasional selalu takut dg penjelasan rasional, herannya mereka bukannya sadar tapi justru kabur seakan ada tombol di otak yg memerintah untuk kabur. Sekarang belum merepotkan, tapi nanti setelah jumlah mereka jutaan baru deh kita kerepotan, nanti puluhan th yang akan datang baru kerasa.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menurutku mind control dan kultus berkembang sesuai jaman. Kultus dan mind control model kuno kesaring 8 kriteria jay lifton maupun margaret singer, versi evolusinya lolos dr saringan shg kita lengah. Semua aspek berevolusi, saya kasi contoh outsourcing itu kalo dicari di buku kuliah manajemen perusahaan di era 1990an nggak akan ketemu istilah outsourcing, tapi kok sekarang sudah lumrah.

      Nah kalo flat earth itu nyontek cara kerja virus, tugas utamanya adl berkembang biak, infeksi sebanyak mungkin orang. Kecepatan virus flat earth lebih cepat ketimbang kecepatan kita ngobati kaum bumi datar.

      Setelah populasi penganut bumi datar cukup besar barulah modusnya tampak jelas apakah motif finansial atau motif menguasai pikiran orang banyak untuk kekuasaan menggerakkan massa (motif kepuasan memerintah). Misal nanti diperintah untuk membuat partai bumi datar dan ikut pemilu di masing2 negara. Partai tsb akan mudah mendapat suara dg basis yg sudah disiapkan dulu. Jika tiap negara 10% saja warganya menganut bumi datar itu sudah merepotkan dan mengerikan.

      Salam
      AS

      Delete
  4. Korban flat earth harusnya orang bodoh yg nggak pernah sekolah SD....nyatanya kok sumbernya dari amerika yg dikenal negara maju, avant garde di bidang antariksa kok bisa ada yg bikin video flat earth....makanya ini mencurigakan sbg mind control versi jaman now, kalo jw.org masuk kategori mind control jaman old 1914 seabad lalu.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  5. Kalo kriteria jay lifton pemimpin kultus menyaring informasi...maka justru kaum bumi datar swasembada menyaring info tanpa diperintah, makanya bisa lolos dr penyaringan.

    Kriteria jay lifton mereka mengisolasi diri....kalo bumi datar tetap bermasyarakat tapi jika sampai pada topik bentuk bumi maka sekonyong2 muncul sekat yg mengisolasi mereka, makanya bisa lolos dr penyaringan.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
    Replies
    1. Percaya flat earth sama aja teken kontrak " jangan banyak tanya, cukup laksanakan saja!", jika sadar maka akan banyak protes dan langsung berpikir rasional kembali.

      Jika percaya flat earth, maka terkekang standby menunggu instruksi dr organisasi yg menaungi kelompok bumi datar, tidak bebas memutuskan berdasar kehendak bebas. Misal organisasi flat earth menuntut NASA bubar, maka penganut bumi datar dimana pun akan berbuat identik.

      Salam
      AS

      Delete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.