Saksi Yehuwa: Kasih Agape atau Bom Kasih?

bom kasih atau kasih agape
Kasih Agape atau Bersyarat?
SAKSI-SAKSI YEHUWA percaya bahwa mereka telah menemukan agama yang benar karena memiliki salah satu tandanya yaitu kasih yang dipraktekkan di antara mereka. Menurut booklet terbitan Lembaga Menara Pengawal mengenai tanda Kristen sejati menyatakan “Tanda yang paling mencolok dari orang Kristen sejati adalah bahwa mereka memiliki kasih yang nyata di antara mereka sendiri. (Yohanes 13:34, 35) Mereka tidak diajar untuk berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang-orang dari ras atau warna kulit lainnya. Mereka juga tidak diajar untuk membenci orang-orang dari negara-negara lain. (Kisah 10:34, 35) Jadi mereka tidak ikut serta dalam peperangan. Orang Kristen sejati memperlakukan satu sama lain sebagai saudara dan saudari.—1 Yohanes 4:20, 21.” (Apa yang Allah Tuntut dari Kita? hlm. 26)

Tentunya kita bertanya-tanya, apakah benar Saksi-Saksi Yehuwa memiliki kasih seperti yang dimaksud oleh Yesus (Yoh. 13:34,35) ataukah sebenarnya praktek bom kasih (love bombing) seperti yang dipraktekkan sebuah kultus? Artikel kali ini akan membahasnya.

Apakah Bom Kasih (Love Bombing) Itu?

Untuk memahaminya kita perlu mengetahui definisi bom kasih (love bombing), apakah itu? Menurut wikipedia bom kasih itu yang telah saya terjemahkan dan di bagian bawah adalah bahasa aslinya berikut ini:

Bom kasih adalah usaha untuk mempengaruhi seseorang dengan mendemonstrasikan melalui perhatian dan kasih sayang. Bom kasih dapat digunakan dengan cara yang berbeda dan digunakan baik untuk tujuan positif maupun negatif. Anggota Gereja Unifikasi Amerika Serikat (yang dilaporkan menciptakan ungkapan ini) menggunakannya untuk menyampaikan ungkapan persahabatan, persekutuan, minat, atau perhatian. Kritik terhadap kultus menggunakan ungkapan tersebut dengan implikasi bahwa “kasih” tersebut pura-pura dan bahwa praktek tersebut merupakan manipulasi psikologis untuk menciptakan perasaan kesatuan dalam kelompok terhadap masyarakat yang dianggap bermusuhan. Psikolog telah mengidentifikasi bom kasih sebagai bagian yang mungkin dari siklus pelecehan dan telah memperingatkan akan bahayanya. Pada tahun 2009, psikolog klinis Oliver James menganjurkan bom kasih dalam bukunya Love Bombing: Reset Your Child's Emotional Thermostat, sebagai sarana bagi orang tua untuk memperbaiki masalah emosional pada anak-anak mereka.1
Jadi bom kasih itu dapat digunakan untuk hal yang positif ataupun negatif. Bagi kelompok kultus bom kasih adalah kasih yang sebenarnya pura-pura yang digunakan untuk mempengaruhi atau memanipulasi orang dengan cara mendemonstrasikannya melalui pemberian kasih sayang dan perhatian.

Kasih yang Kristus Ajarkan

Dalam Yohanes 13:24-35, Yesus kristus memang memerintahkan murid-Nya untuk saling mengasihi yaitu:

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi
Pertanyaannya apakah yang diperintahkan Yesus tersebut memaksudkan kasih yang palsu alias pura-pura ataukah kasih yang tulus dan murni bersumber ilahi? Kita lihat bahasa aslinya istilah kasih yang digunakan Yesus adalah agape dengan nomor strong 25. Buku Pemahaman terbitan Lembaga Menara Pengawal jilid 1 hlm. 1167 menjelaskan tentang kasih agape berikut ini:

Mengenai kata benda a‧ga′pe dan kata kerja a‧ga‧pa′o, Vine’s Expository Dictionary of Old and New Testament Words mengatakan, ”Kasih hanya dapat diketahui melalui tindakan yang dihasilkannya. Kasih Allah nyata dari tindakan-Nya memberikan Putra-Nya, I Yohanes 4:9, 10. Tetapi jelas itu bukan kasih untuk kepuasan diri, atau kasih sayang, dalam arti bahwa kasih itu tidak digugah karena sifat baik apa pun di pihak objeknya, Rm. 5:8. Kasih itu diperlihatkan karena Allah menghendakinya sebagai pilihan atas dasar pertimbangan yang matang, dilakukan tanpa penyebab yang dapat ditunjuk kecuali bahwa sifat itu adalah watak Allah Sendiri, bdk. Ul. 7:7, 8.”—1981, Jil. 3, hlm. 21.
Jadi jelas sebenarnya kasih agape itu merupakan kasih ilahi yang pastinya bukanlah kasih yang pura-pura apalagi palsu untuk tujuan memanipulasi. Mengapa disebut kasih bersifat ilahi? Wikipedia mendefinisikan kasih agape:

Agape adalah istilah Yunani yang berarti 'cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, atau cinta tanpa batas, atau cinta tanpa syarat (Inggris: unconditional love). Cinta agape tidak pernah egois. Dalam tradisi Kristen, agape berarti cinta yang bersifat total, kerap identik dengan cinta Tuhan terhadap ciptaan-Nya. Bentuk jamak dari agape adalah agapai, artinya perjamuan cinta.
Ya, kasih agape adalah kasih yang luar biasa karena tidak mementingkan diri sendiri, tanpa batas atau kasih tak bersyarat dan tulus. Kasih agape memang merupakan kasih yang bersifat ilahi. Dengan kasih agape-lah Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk memberlakukan satu dengan lainnya, bukan kasih yang pura-pura apalagi bersyarat. Misalnya, jika kita memberikan seseorang sesuatu tetapi mengharapkan suatu balasan maka pemberian kita itu sebenarnya bersyarat dan tidaklah tulus. Pemberian tersebut hanyalah pemberian pura-pura karena mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.

Contoh Praktek Kasih Agape vs Kasih Bersyarat

Sekarang kita kembangkan lebih jauh, kira-kira bagaimana contoh konkret kasih agape yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan? Saya bisa kasih contoh dalam kehidupan nyata dari pengalaman pribadi saya yang beberapa kali telah disampaikan di blog ini yaitu saya secara rohani dibesarkan, dibaptis, melayani dan berkeanggotaan di sebuah gereja kecil beraliran Pentakosta. Seiring berjalannya waktu, saya tidak sependapat dengan beberapa pemahaman yang saya yakini selama ini sehingga saya pindah ke Protestan.

Nah, masalahnya timbul ketika saya ingin menikah. Secara keanggotaan, saya masih ada di gereja dulu (sampai detik ini keanggotaan saya masih di sana), tetapi saya berhimpun di gereja lain dan belum menjadi anggotanya. Bagaimana solusinya? Saya datangi gembala sidang gereja lama untuk minta pemberkatan nikah. Gembala sidang dan seluruh jemaat gereja tersebut tahu dan sadar loh saya telah pindah gereja. Apakah gembala sidang tersebut menolak permintaan saya? Tidak, dengan senang hati memenuhi permintaan tersebut. Bahkan beliau merasa terhormat saya masih mengingatnya dan ingin beroleh pelayanan darinya. Yang mengharukan adalah ketika beliau dan mayoritas jemaat, karena gereja itu kecil jadi kami akrab dan tahu satu dengan lainnya, hadir dalam acara pemberkatan dan resepsi pernikahan saya. Bahkan ia mendoakan saya agar tumbuh secara rohani dan menjalankan pelayanan di gereja baru saya melebihi pelayanan di gerejanya. Saya sebagai anak rohaninya tetap dikasihinya meskipun kini memiliki perbedaan pemahaman dan tidak lagi bergereja di sana. Pendeta tersebut telah menjalankan perintah Yesus yang mengasihi saya dengan kasih agape.

Contoh nyata kedua yang ingin saya sharing tentang kasih bersyarat adalah saat bertemu dengan saudara jauh di rumah duka saat kematian ibunya. Saudara saya itu sudah cukup tua (di atas 50 tahun) dan satu-satunya anak lelaki. Orang tua dan dia sendiri dengan usahanya cukup kaya. Tetapi sayangnya, meskipun sukses dalam materi, dia belum menikah.


Dalam pertemuan tersebut saya tanyakan mengapa belum menikah padahal segalanya telah dimiliki. Dia tidak menjawab melainkan meminta saya mengenalkannya dengan seorang gadis. Ia berkata, “Iya nih Yong (nama kecil saya), susah cari jodoh padahal sudah beberapa kali hampir jadi tetapi selalu kandas di tengah jalan. Sekarang mama sudah tidak ada, rasanya hidup akan semakin sulit. Kalo ada mama sih enak, ada yang masakin dan urus baju dan lain-lain. Tolong cariin dong”.

Mendengar keluhannya tersebut, saya terkejut dan bertanya-tanya dalam hati: “Yang dicari Oom saya ini; seorang istri atau pembantu rumah tangga karena kriterianya yang dicari adalah pembantu rumah tangga, bukan istri?” 

Kemudian saya katakan, “Jika Oom butuh seseorang yang mengurus kebutuhan rumah tangga seperti masak, bersih-bersih rumah dan lain-lain; cari saja pembantu, bukan istri” Lalu jawaban Oom saya adalah: “Kalo pembantu kan tidak bisa sekalian diajak tidur”.

Mendengar hal tersebut, saya geleng-geleng kepala dan memahami mengapa sampai saat ini ia belum menikah juga karena siapa yang mau dijadikan pembantu, bukan? Meskipun Oom saya itu mengaku mengasihi istrinya (jika ada yang mau) dan secara finansial mampu memberikan materi dengan kelimpahan tetapi jelas “kasih” tersebut bukanlah kasih agape melainkan kasih bersyarat atau berpamrih dan tidaklah tulus karena meskipun ia melimpahkan istrinya dengan kasih berupa perhatian dan limpahan materi tetapi sebenarnya dia tidak murni alias pura-pura mengasihi istrinya tersebut karena ada motivasi tertentu dalam berumah tangga.

Oom saya tersebut memanipulasi calon istrinya dengan bom kasih berupa perhatian dan kasih tetapi fakta apa yang sebenarnya terjadi bukanlah hubungan yang sehat, saling menghargai, saling menerima dan support, dan lain-lain hubungan positif antara suami dan istri melainkan hubungan majikan dengan pembantu. Jika suatu saat istrinya sakit atau dalam kondisi yang tidak baik untuk memenuhi kebutuhannya maka “bom kasih” yang selama ini diberikan akan ditarik kembali. Kemungkinan perceraian sangatlah besar karena semuanya didasarkan pada kasih yang pura-pura untuk tujuan memanfaatkan atau memanipulasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya saja.

Praktek Kasih Saksi Yehuwa: Kasih Agape atau Bom Kasih?

Kita sudah memahami sekarang perbedaan kasih pura-pura (bom kasih) dengan kasih agape. Nah, sekarang kita kaji lebih detail lagi istilah “kasih”; yang mana meskipun dalam bahasa Indonesia beristilah sama yaitu “kasih” tetapi faktanya memiliki pengertian yang berbeda. Pertanyaannya: Apakah yang diklaim dimiliki oleh Saksi Yehuwa sebagai kasih adalah agape ataukah bom kasih alias kasih yang pura-pura? Saya jawab ya kasih pura-pura. Mengapa? 

Meskipun kelihatannya kasih yang terjadi di kalangan para Saksi Yehuwa nampaknya seperti kasih agape tetapi sebenarnya bersyarat karena pada akhirnya jika misalnya saja saya tidak setuju dengan anjuran ataupun pemahaman yang diajarkan oleh badan pimpinan akan suatu doktrin maka saya akan dikucilkan dan dipecat. Akibatnya? Seluruh teman dan kerabat tidak akan berhubungan lagi. Bahkan keluarga dekat saya akan menjauhi saya. Hubungan saya terputus total dengan orang-orang yang dulunya mengaku mengasihi saya. Baca Praktek Kultus: Pengucilan. Sebenarnya, hubungan yang terjadi adalah antara budak dengan majikan. Saya harus menuruti dan mentaati setiap kehendak badan pimpinan. Misalnya, meskipun ukuran sepatu saya 42 dan berbeda dengan badan pimpinan yang berukuran 40 tetapi saya harus memakai ukuran 40 ketika badan pimpinan meminta saya untuk memakainya. Dan meskipun sakit, saya harus memakainya. Jika saya tidak bersedia, hukuman akan menanti saya.

Jadi sebenarnya kasih yang Saksi Yehuwa terima selama ini bersyarat dan di luar ketulusan. Kasih itu akan tetap Saksi Yehuwa terima sepanjang ia memenuhi kuota jam dinas, tidak mempertanyakan keabsahan doktrin yang diajarkan,  tunduk, taat dan tidak meragukan kepada setiap pengarahan badan pimpinan dan lain-lain maka saya aman. Sebaliknya, jika seorang Saksi melenceng dan mulai mempertanyakan dan meragukan otoritas badan pimpinan maka seluruh kasih persaudaraan antar sesama Saksi ditarik. Semua jemaat sekarang memusuhinya dan mulai mencacinya. Dan memang dalam sebuah kelompok kultus, ketaatan mutlak adalah keniscayaan dan memiliki kepemimpinan yang otoriter yang wajib ditaati, baca di sini. Dan adanya sistem pengucilan dan pemecatan bagi yang melenceng sebagai sebuah hukuman. Kita lihat kesaksian dari Sdr. Fransiscus yang mengomentari artikel tentang transfusi darah (di sini), meskipun bukanlah Saksi Yehuwa, tetapi memiliki sepupunya yang merupakan seorang Saksi Yehuwa:  

Kemunafikan Saksi Yehuwa tentang darah ini sungguh-sungguh membuat saya kecewa. Mengapa?

Disatu sisi mereka ingin agar anak dan keluarga mereka sehat dan berupaya memberikan pengobatan yang terbaik. Tapi disisi lain jika tak ada alternatif untuk melakukan transfusi darah, maka mau tidak mau mereka harus membiarkan anak atau keluarga mereka mati. Sebenarnya dimana letak kasih yang mereka obral selama ini dalam pelayanan mereka door to door.

Dan yang paling menyakitkan jika ada salah satu dari keluarga saksi yang ingin menyelamatkan kehidupan anaknya, mereka harus siap untuk dipecat dan dikucilkan dari segala pertemaman mereka dengan organisasi.

Saya pribadi pernah mendengar dari salah satu sepupu saya yang pernah menjadi saksi dan melakukan transfusi darah mengatakan seorang penatua berkata kpdnya setelah melakukan transfusi..."semoga kamu kena penyakit hepatitis setelah melakukan transfusi..." Penatua tsb menyumpahinya...dan memecatnya dari sidang.
Coba Saudara bandingkan dengan pengalaman pernikahan saya dengan kisah Sdr. Fransiscus, bukankah ada perbedaan yang besar bak langit dan bumi? Siapakah yang sebenarnya mempraktekkan kasih agape seperti yang Yesus maksud? Siapakah yang mempraktekkan bom kasih untuk tujuan memanipulasi agar beroleh ketaatan, ketundukkan dan kesetiaan dan saat melenceng akan beroleh hukuman dengan menarik seluruh kasih yang diberikan dan meminta semua orang menjauhi orang yang dihukum?

Kesimpulan

Setiap orang boleh mengaku grupnya memiliki tanda kekristenan sejati yaitu dengan menjalankan perintah Yesus untuk saling mengasihi (Yoh. 13:34-35). Kasih yang diajarkan Yesus adalah kasih yang bersifat ilahi; agape, yaitu kasih tanpa syarat dan tulus. Artinya kita mengasihi seseorang dengan tulus, tanpa syarat apapun juga untuk dikembalikan; bersedia menerima dirinya apa adanya, menghormati pendapatnya dan keinginannya dan lain-lain hal tanpa ada motivasi-motivasi tertentu. Jika kita mengasihi seseorang karena ada motivasi-movitasi tertentu maka jelas kasih yang diberikan adalah kasih bersyarat. Kita sebenarnya pura-pura mengasihi orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk dikembalikan.

Setan tidak pernah berdagang rugi. Oleh karena itu, hanya Setan yang memberikan kasihnya secara bersyarat dan tidak pernah tulus. Contohnya, saya teringat dengan mitos ataukah fakta, saya tidak tahu karena belum pernah mengalami sendiri tetapi dengar-dengaran dari orang, bahwa cara kerja pesugihan atau pemujaan berhala persis terjadi seperti sistem “kasih” yang diterapkan Setan kepada pengikutnya. Penuh dengan syarat. Jika ada orang yang ingin kaya raya secara gaib dan instant melalui pesugihan/penyembahan berhala maka sang peminat (Mr A) harus taat dan patuh kepada perintah Setan. Setelah Mr. A memenuhi keinginan sang Setan, maka ia diberi bom kasih berupa segala kelimpahan sesuai dengan apa yang dimintanya. Tetapi jika kemudian Mr. A melenceng dan tidak sesuai dengan kesepakatan maka kasih yang diberikan itu ditarik kembali dan Mr. A akan mendapatkan hukumannya yang sangat kejam dan berat. 


Siapakah sutradara bom kasih di Balai Kerajaan? Artikel Penatua Saksi Yehuwa membongkarnya.

Bagaimana pendapat Saudara artikel Saksi Yehuwa: Kasih Agape atau Bom Kasih?

Soli Deo Gloria

Untuk mengetahui siapa dan apa di balik organisasi dan ajaran Saksi Yehuwa lebih detail, silahkan klik Membongkar Inti Agama Saksi Yehuwa: Kristen Sejati, Sesat atau Kultus? dan buktinya sendiri apakah organisasi Saksi Yehuwa sebuah gerakan Kristen sejati ataukah grup kultus berkedok agama Kristen berdasarkan publikasi dan praktek yang diterapkan dan diajarkan di dalam organisasi tersebut.

Karena Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu akan tampil dan akan memberikan tanda-tanda yang hebat dan keajaiban-keajaiban untuk menyesatkan, jika mungkin, bahkan orang-orang pilihan. (Mat. 24:24, TDB)



1Love bombing is an attempt to influence a person by demonstrations of attention and affection. It can be used in different ways and can be used for either a positive or negative purpose. Members of the Unification Church of the United States (who reportedly coined the expression) use it to convey a genuine expression of friendship, fellowship, interest, or concern. Critics of cults use the phrase with the implication that the "love" is feigned and that the practice is psychological manipulation in order to create a feeling of unity within the group against a society perceived as hostile. Psychologists have identified love bombing as a possible part of a cycle of abuse and have warned against it. In 2011 clinical psychologist Oliver James advocated love bombing in his book Love Bombing: Reset Your Child's Emotional Thermostat, as a means for parents to rectify emotional problems in their children.

8 comments :

  1. Penatuanya payah bgt, hepatitis sudah lama bisa dideteksi.Harusnya ucapin lekas sembuh ya...wah Sadis didoain kena musibah.

    Biar beda agama sekalipun kalo sama orang sakit ya doain cepat sembuh.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  2. Singkatnya Pencitraan.

    AS

    ReplyDelete
  3. Positif x negatif = negatif.

    Senyum lebar x mengecerkan dusta = jelek.
    Sopan tutur kata x bohong = tetap jelek.
    Gigih setangguh maxi x nipu = amsiong.

    Banjir senyuman tuh bisa buat apaan coba? Liatin tuh foto nabi JF Rutherford wajahnya galak. Makanya kalo senyum sewajarnya aja, jangan lebay berjam-jam pasang wajah senyum. Banjir senyum saat kebaktian distrik padahal acaranya antiKristus, ada baptis kayangnya segala.

    Biar para saksi melek kita bandingin kasih kepunyaan mormon.
    Mormon ada pelatihan ketrampilan kayak oke oce, di balai kerajaan kaga ada.
    Mormon berani keluar duit bangun rumah dari nol sampe bisa ditinggali gratis tis di daerah yg kena gempa, asalkan nanti jadi anggota mormon, di balai kerajaan kaga ada program sejenis.
    Mormon nggak ada iuran anggota, liahonanya gratis kaga ganti ongkos cetak kayak di ssy.
    Mormon berani nyumbang MCK buat orang desa yg dikunjungi.
    Mormon berani kasi beasiswa buat kader hirarki sampe lulus jadi hirarki.
    Mormon berani ngajak siapapun non mormon berwisata bareng mereka scr gratis.

    Nah loh kasihnya saksi cuman seupilnya mormon. Mangkanye kalo cuman banjir senyum aja ga usah dibanggain.

    Setauku kasihnya saksi:
    Dihujani senyum sbg newbie, disambut hangat, ditawari home schooling, ditawari belajar bahasa isyarat. Abis itu disuruh dinas...nggak ada benefitnya...qiqiqi.

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  4. Dihisap selayaknya budak modern, kasih macam apa itu?

    Slave bombing jadinya

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  5. Kasih apa kamuflase?

    Untuk indonesia kasih yg pas dg kondisi negara kita mis:bikin panti asuhan, bagi2 sembako,donor darah, pengobatan gratis, pelatihan usaha, bazar murah, kasi bea siswa,kerja sosial saat ada bencana alam.

    Nah saksi sudah melakukan itu belum?

    Salam
    AS

    ReplyDelete
  6. Kasih itu tidak munafik kata Alkitab. Tapi sungguh disayangkan Kasih yang diberikan dan diperlihatkan oleh Saksi Yehuwa sungguh munafik sekali, bahkan bisa dikatakan terlewat batas.

    Apa yang terjadi pada salah satu keluarga saya itulah bukti kasih yg munafik. Disaat seseorang taat disanalah dia dikasihi...tapi coba kalau orang tsb mulai bertentangan dengan ajaran Menara Pengawal...yg terjadi maka pengucilan.

    Saya baru-baru ini mendapatkan cerita dari saudara Saksi yg masih keluarga mengatakan bahwa terjadi perpecahan dalam Balai Kerajaannya. Terjadi pertengkaran dan perselisihan diantara saksi yg satu dengan saksi yang lainnya. Maka terjadi blok-blok diantara saksi tsb.

    Ternyata apa yg didengungkan oleh Saksi Yehuwa dalam dinas bahwa tidak ada kasih persaudaraan yang erat dan kuat diluar organisasi Saksi Yehuwa. Menurut saya klaim ini hanya suatu kepalsuan belaka.
    Mereka hanya menggunakan topeng untuk menarik orang-orang kepada organisasi.

    Salam,
    Fransiscus

    ReplyDelete
  7. Maju organisasinya, bahagia warganya.

    AS

    ReplyDelete
  8. Biar saksi melek, kita bandingin sama mormon.
    Di mormon mengutamakan keharmonisan keluarga sampe nyari pohon keluarga bagian atas ditelusuri.

    Sebaliknya di watchtower terjadi broken family(lebih parah dari broken home). Pohon keluarga jadi acak-acakan tidak diakui sbg famili. Sidang jemaat aja bisa retak jd kubu-kubu misah.Bener2 kacau.

    Salam
    AS

    ReplyDelete

Tolong SEBUTKAN Nama Atau Initial Anda saat memberi komentar agar memudahkan Mitra diskusi Anda mengidentifikasikan Anda.

Non Kristiani, mohon tidak memberi komentar.

Jika Anda ingin komentar, silahkan klik DI SINI DULU

.